Sunday, September 15, 2013 0 comments

Chapter VI: I'm Falling in Love

Chapter I
Chapter II
Chapter III
Chapter IV

Chapter VI
I'm Falling in Love

Setelah beristirahat sejenak di tempat kos teman, kami pun melanjutkan perjalanan kuliner ke simpang lima, jaraknya tidak jauh, disini merupakan kawasan pedagang makanan ala kaki lima, disini kita dapat menjumpai berbagai macam makanan seperti pecel, bakso, sate, dan lain-lain. Sebelum menuju makanan kelas berat kami ingin sekali mencicipi rasanya tahu gimbal




Tahu Gimbal adalah makanan khas Kota Semarang. Makanan ini terdiri dari tahu goreng, rajangan kol mentah, lontong, taoge, telur, dan gimbal (udang yang digoreng dengan tepung) dan dicampur dengan bumbu kacang yang khas karena menggunakan petis udang. Beda dengan saus kacang untuk pecel Madiun yang agak kental. Saus bumbu kacang untuk tahu gimbal agak sedikit encer. Adapun yang khas dari tahu gimbal adalah gimbal itu sendiri. Gimbal adalah semacam bakwan goreng yang berisi udang. Gimbal digoreng garing dengan perpaduan rasa yang pas antara gurih, manis dan pedas. Sama seperti tahu atau lontong, gimbal dipotong-potong kecil-kecil dengan gunting khusus.  Selesai mencicipi tahu gimbal aku pun memilih pecel sebagai menu selanjutnya...

Selesai berwisata kuliner kami pun beranjak pulang, entah mengapa aku selalu suka mengendarai sepeda motor. Di saat merebahkan dan menenggelamkan diri di dalam hangat nya selimut, terekam kembali pemandangan indah landscape Semarang, ya seperti jatuh cinta, ingin sekali suatu saat aku memiliki sebuah rumah bersama keluarga kecil ku dimasa depan :) 

Tak terasa kini sudah pukul 00.00, menulis seperti ini saja membutuhkan waktu seharian, aku pamit dulu ya nanti kita lanjut lagi ke cerita di chapter-chapter selanjutnya...


Saturday, September 14, 2013 0 comments

Chapter V: Masjid Agung Jawa Tengah & Tower Asmaul Husnah Lantai 19

Klenteng Gedung Batu Sam po kong


Chapter V

Masjid Agung Jawa Tengah & Tower Asmaul Husnah Lantai 19

Rasa lapar pun semakin cetar membahan terasa...
Jam sudah menunjukan pukul satu siang, sudah waktunya menjalankan sholat dzhuhur, kami pun bergegas menuju masjid agung jawa tengah. Kami ingin merasakan sensasi yang berbeda saat beribadah ditempat ini. Destinasi ke masjid agung jawa tengah ini adalah sebuah wisata rohani :)

Kami bergegas memberhentikan taksi yang nantinya akan mengantarkan kami ke masjid tersebut. Jarak yang ditempuh kali ini adalah sekitar 30 menit dengan biaya sebesar 35 atau 50 ribu rupiah (lupa hehehehe...)


Masjid ini sangat megah dengan luas lahan mencapai 10 Hektar dan luas bangunan induk untuk shalat 7.669 meter persegi tersebut bargaya arsitektur perpaduan antara Jawa, Jawa Tengah dan Yunani. Kami pun bergegas masuk kedalam masjid untuk segera sholat, rasanya tenang sekali beribadah ditempat ini, begitu tenang, benar-benar merasakan sensasi yang berbeda...


Masih dengan menggunakan mukena, rasanya enggan sekali beranjak dari tempat ini, begitu nyaman, begitu tenang tapi apalah daya kami harus bersiap menuju destinasi berikutnya. Sebelum beranjak pulang, kami memutuskan untuk berkunjung ke museum yang ada di tower asmaul husnah yang letaknya ada disamping masjid agung.

Tower ini memiliki tinggi 99 meter, melambangkan ke 99 Asma Allah. Dari lantai 19 tower ini terdapat teropong-teropong untuk melihat landscape Kota Semarang dengan sempurna, dari lantai 18 terdapat Kampoeng Menara Resto, Sebuah resto yang lantainya bisa berputar 360 derajad, menu-menu restonya dengan harga yang beda tipis dengan warung makan. Sedangkan di lantai 2 dan 3 Tower Asmaul Husna MAJT Semarang ini terdapat Museum Perkembangan Islam Jawa Tengah dengan koleksi museum yang cukup banyak.

Sayang sekali museum sedang tutup pada hari itu :( akhirnya perjalanan kami lanjut kan ke lantai 19, pemandangannya benar-benar menajubkan, aku dapat melihat perbukitan sekaligus dengan laut, semarang yang indah...

Yap kembali keperut kami yang sudah semakin lapar sehingga mengakibatkan hilangnya harmonisisasi antara labil ekonomi dan kudeta keinginan untuk makan enak, akhirnya kami turun satu lantai menuju sebuah resto yang lantainya dapat berputar sehingga memberikan pemandangan Semarang secara keseluruhan, dari perbukitan hingga lautnya, yang sangat disayangkan resto ini sepertinya kurang dimaksimalkan perawatannya, selain itu memang menu yang disuguhkan memiliki harga yang murah, sesuai dengan rasanya hehehe...

Mungkin pihak pengelola bisa lebih memaksimalkan perawatan dan pelayanan di resto ini, karna sungguh resto ini memiliki suatu kelebihan pemandangan yang luar biasa menawan. Andai datang di malam hari, pasti akan lebih romantis karena kerlap-kerlip lampu di Semarang akan terlihat sepeti taburan bintang dilangit :)

Satu hal yang perlu diperhatikan jika ingin menikmati makan di resto ini adalah jam operasional yang mereka miliki. Anda pun diharuskan membayar beberapa rupiah saja sebelum masuk kedalam menara ini... 

Dan kami pun begegas kembali ke tempat kos teman kami dengan lagi-lagi menggunakan taksi (hehehe..), mengapa kami selalu menggunakan taksi, ini karena ongkos taksi yang cukup murah, kendaraan yang lebih nyaman dan kami masih bisa sharing cost (itu yang pualing penting).

Perpaduan dengan arsitektur yunani

Masjid agung tampak depan


Pemandangan di samping masjid, sejuknya sampai kedalam

Ruang sholat
Masjid agung, tampak dari tower asmaul husnah


Landscape Semarang


Chapter VI
I'm Falling in love
(baca lebih lanjut)

0 comments

Chapter IV: Klenteng Gedung Batu Sam Po Kong

Chapter I
Chapter II
Chapter III

CHAPTER IV

Klenteng Gedung Batu Sam Po Kong

Perjalanan ke dua kami adalah menuju kelenteng sam po kong, perjalanan kali ini kami tempuh dengan menggunakan taksi (lagi-lagi taksi) dengan jarak tempuh sekitar 15 menit (lagi-lagi 15 menit) dari Lawang Sewu. Dalam perjalanan ini lah kami merasakan lapar yang amat sangat...

Kelenteng Sam Po Kong merupakan bekas tempat persinggahan dan pendaratan pertama seorang Laksamana Tiongkok beragama Islam yang bernama Zheng He / Cheng Ho. Tempat ini biasa disebut Gedung Batu, karena bentuknya merupakan sebuah Gua Batu besar yang terletak pada sebuah bukit batu. Sayang sekali kami tidak menemukan pemandu wisata disini, jadi perjalan kami hanya diisi dengan duduk-duduk dibawah rindangmya pepohonan, sekedar meregangkan otot yang terasa pegal karena perjalanan semalam, pada saat inilah kami merayakan ulang tahun salah satu dari kami dengan bernyanyi-nyanyi kecil :) 
Well, sebenarnya kami ingin sekali foto menggunakan pakaian tradisional orang-orang Tiongkok namun apalah daya isi dompet tak sampai karena labil ekonomi, yah untuk berfoto menggunakan kostum ini biayanya cukup mahal untuk sekedar berfoto saja...
Pada saat melepas lelah kami pun kebetulan duduk disebelah seorang nenek, ia banyak bercerita mengenai kisah hidupnya (saya yakin tidak begitu menarik untuk kita semua, karena (maaf) lama-kelamaan kami berfikir ternyata ibu ini agak kurah sehat akalnya, ternyata oh termyata...) -_-!


Setelah selesai beristirahat, kami pun bergegas untuk mengabadikan momen kami kali ini di klenteng (narsiss timeeeee!!!)


Gerbang klenteng


Hanya Rp3.000 saja

Patung laksamana Cheng Ho
Pintu gerbang klenteng


The View
Rindangnya klenteng

Chapter V
Masjid Agung Jawa Tengah & Tower Asmul Husnah lantai 19
0 comments

Chapter III: Peninggalan Sejarah, Keindahan dan Rasa Sakit...

Chapter I
The unpredictable journey

Chapter II
The journey has begin

Chapter III
Peninggalan Sejarah, Keindahan, dan Rasa Sakit

Keberangkatan kereta pun bisa dibilang on time, kami tiba di semarang sekitar pukul 6 pagi di sambut dengan gerimis mengundang kantuk..

Kami pun keluar gerbang disambut dengan seorang wanita muslimah yang manis dan baik hati, yaa dia adalah teman seperjalan kami yang sedang menempuh pendidikan S2 di Semarang, sosoknya sama dengan temanku dari Jakarta mereka sama-sama berhijab, baik, dan anggun tidak seperti aku yang tomboy hehehe...

Kami pun melanjutkan perjalan menuju tempat kos teman yang menjemput kami, letakny disekitar universitas Diponegoro, perjalanan dari stasiun Semarang Poncol menuju undip cukup memakan waktu selama 15 menit. Sesampainya di tempat kos kami pun memutuskan untuk beristirahat sebelum melakukan perjalanan kebeberapa tempat wisata di Semarang. Pukul 10 pagi kami pun bergegas menuju destinasi pertama yaitu “Lawang Sewu”dengan menggunakan taksi, adapun jarak yang ditempuh hanya sekitar 15 menit.


Lawang sewu merupakan sebuah bangunan kuno peninggalan jaman belanda yang dibangun pada 1904. Semula gedung ini diperuntukan sebagai kantor pusat perusahaan kereta api (trem) penjajah Belanda. Disebut Lawang Sewu (Seribu Pintu), ini dikarenakan bangunan tersebut memiliki pintu yang sangat banyak. Karena Lawang Sewu sarat akan cerita mistis maka perjalanan kali ini kami sebut sebagai wisata mistis  (spooky) pertama kali kami. Lawang Sewu ini sendiri sarat akan arsitektur belanda (iyalah di bangun pas zaman Belanda), setelah berputar-putar bersama seorang pemandu wisata mengelilingi bangunan kuno ini kami pun bergegas menuju tujuan utama wisata mistis kali ini, yaitu ruang bawah tanah lawang sewu, sebelum masuk ruangan ini kami harus menggunakan separu boot dan membawa senter karena kondisinya yang diisi oleh kubangan air. Konon kabarnya pada saat zaman Belanda ruang bawah tanah ini digunakan sebagai tempat penampungan air (yah semacamnya lah) namun pada saat zaman Jepang ruangan ini digunakan sebagai tempat penyiksaan dan eksekusi bagi para pemberontak dan para perempuan yang menolak dijadikan sebagai wanita penghibur. Di penghujung perjalan pemandu wisata kami pun tak lupa  meminta kami untuk memanjatkan doa bagi para “pendahulu” sebelumnya...


Lawang Sewu tampak depan

Bangunan atas Lawang Sewu
Ini dia pintu seribu nya

Menuju ruang bawah tanah lawang sewu

Harus memakai sepatu boot dan senter
Tangga menuju ruang bawah tanah

Pemandangan ruang bawah tanah lawang sewu
Tampak genangan air

Harus berhati-hati dalam melangkah

Tampak dalam

Konon kabarnya merupakan salah satu tempat penyiksaan

Tour di ruang bawah tanah pun selesai

Mari kita lanjutkan perjalanan :D
Tampak samping

Replika kereta api

Betapa indahnya bangunan Lawang Sewu, namun menyiratkan kenangan yang menyakitkan didalamnya...

CHAPTER IV
Kelenteng Gedung Batu Sam Po Kong


0 comments

Menuju Semarang dan Yogyakarta...

Halo para pembaca yang budiman..

Di siang hari yang terik ini, didalam ukuran kamar tidak lebih dari 3x3 meter aku ingin berbagi cerita mengenai perjalanan ku ke tanah jawi yaitu Semarang dan Yogyakarta. Well, perjalanan ini dilakukan ala backpacker seperti kaum muda seusiaku pada umumnya. Baiklah, kalau begitu mari kita pergi ke chapter pertama :D

Chapter I
The unpredictable journey
Pada awalnya aku ragu untuk mengikuti ajakan temanku pergi ke tanah jawi untuk menghabiskan malam tahun baru disana. Tapi akhirnyaa keragu-raguan itu sirna juga sih hehehe.. well lalu temanku pun memesan beberapa tiket untuk rombongan yang akan berangkat pada tanggal 28 Desember, dari sekitar 5 tiket yang sudah dibeli ternyata hanya aku dan dua temanku saja yang jadi berangkat, itu pun ada masalah serius pada identitas tiket PP Jakarta-Semarang-Jakarta yang aku pegang (maaf, untuk yang satu ini off the record saja yah, agar dapat mempermudah backpacker yang lain nantinya hohoho...)

Chapter II
The journey has begin
Jam sudah menunjukan pukul 17.20 aku bersiap merapikan meja kantor, mematikan komputer, dan mencabut semua kabel pada stop kontak, aku tidak sabar akan perjalanan malam ini . Jam pun telah menunjukan waktunya pulang kantor, memang perjalanan dari harmoni menuju senen tidak terlalu jauh, namun melihat kondisi jalan raya pada jam pulang kerja rasanya hal yang mustahal eh mustahil bisa sampai tepat waktu (padahal kereta baru berangkat menuju semarang pukul 21.30 hehehehe..) akhirnya aku meminta bantuan OB kantor untuk mengantarkan ku ke tempat tujuan (bukan semarang ya, tapi stasiun senen). Sesampainya di stasiun senen aku bergegas menuju mushola untuk menjalankan sholat magrib. Well, biasanya sebelum pergi travelling kemanapun aku memiliki dua buah ritual wajib yang harus dilakukan, yaitu:
  1. berpuasa senin kamis. Aku merasa, selain bersenang-senang aku pun harus tau diri agar selalu berdoa kepada allah s.w.t agar senantiasa selalu diberi perlindungan dan diberi kelancaran selama perjalanan.
  2. Berolahraga, hal ini sangat penting untuk mejaga fisik agar tetap prima, aku tidak ingin disaat dalam perjalanan kaki ku terasa sakit karena perjalanan jauh sehingga aku tidak bisa menikmati indahnya pemandangan kala itu.
Tak berselang lama teman seperjalanan ku pun menghampiri ku di mushola untuk menjalankan sholat magrib, disinilah petualangan kami dimulai, ingin sekali aku menceritakan hal yang tidak biasa bagi ku mengenai tiket kereta pulang pergi yang aku pegang, namun sekali lagi demi kebaikan kita bersama alangkah baiknya kalu hal ini off the record saja ya.

Kereta yang kami naiki adalah jenis kereta ekonomi non AC, aku kira kereta ini akan terasa sumpek dan kotor sekali, tak disangka tak dinyana kereta ini jauh lebih baik kondisinya dibanding beberapa tahun lalu, tidak kulihat ada penumpang yang harus sampai tidur dilantai beralaskan koran seperti beberapa tahun lalu, yang kulihat justru sebaliknya, ada beberapa penumpang yang justru bisa sampai meluruskan kakinya di bangku, untuk yang satu ini aku kurang beruntung karena kursi kami sudah ditempati oleh masing-masing pemilik tiket..


CHAPTER III
Peninggalan Sejarah, Keindahan, dan Rasa Sakit...
(baca lebih lanjut)


 
;